Orangtua berjasa besar
melahirkan, membesarkan, dan mendidik anak. Sudah sewajarnyalah kita sebagai
anak berbakti dan mematuhi perintah orangtua. Tapi sering kali keinginan
orangtua yang tentu aja demi kebaikan, bertentangan dengan kesenangan kita sendiri.
Akhirnya, dengan pikiran polos yang menganggap kalau orangtua nggak pernah
memahami, kita malah melawan dan memberontak.
Setelah melalui riset yang nggak
sesuai dengan kaidah metodologi penelitian, inilah momen-momen di mana anak
paling sering melawan perintah orang tua:
Belanja ke Warung
Sebenarnya nggak jadi sebuah
masalah ketika orangtua meminta bantuan anak untuk belanja sesuatu ke warung. Tapi
entah kenapa, sering kali orangtua menyuruh kita di waktu yang nggak tepat.
Saat kita sedang melakukan hal yang disuka. Misalnya tidur atau
bermalas-malasan.
Momen ini biasanya berakhir
dengan adu argumen menolak permintaan orangtua. Beruntung bagi mereka yang
punya adik, permintaan ini bisa langsung disalurkan kepada mereka.
“Bene, belikkan dulu andaliman,”
teriak Mamak dari dapur.
“Aduh, Mak. Lagi sibuk aku
penelitian bikin toge dari biji kacang ijo. Adeklah suruh.” Aku mengelak.
“Dek, belikkan andaliman ya.”
Mamak beralih ke Adek.
“Kok jadi aku, Mak?” Adek pun
mengelak.
“Ishh, sama orangtua melawan.
Durhaka kau!!!” Aku datang mengompori Mamak.
“Entah adekmu ini. Jahat kali
jadi anak.” Mamak terpengaruh.
“Iya, iya. Kubelikkan pun.” Adek
menyerah.
Buat kalian yang anak terakhir
dan sering jadi tempat pelampiasan kemalasan kakak kalian, aku punya quote; kasian deh lo!!!
Mandi
Mandi adalah sesuatu yang kita anggap
sia-sia waktu kecil dulu—bagi beberapa orang tetap dianggap sia-sia bahkan saat
udah dewasa. Masalahnya, walau kita nggak paham manfaatnya, tapi orangtua
selalu mewajibkan kita mandi. Seakan kita akan mati kalo nggak mandi.
Alhasil kita menempuh berbagai
macam cara supaya nggak mandi atau minimal mengulur-ulur waktu mandi. Ada yang
pura-pura tidur terus nggak keluar lama sampai jam mandi lewat. Ada yang
mengalungkan handuk di leher seakan-akan bersiap-siap mandi padahal nggak
berniat mandi. Ada yang pura-pura di kamar mandi lama, cuma cuci muka doang dan
keluar kamar mandi sok segar. Ada lagi yang pura-pura alergi air.
“Bene, mandi kau?!!”
“Apa??? Mandi??? Aku alergi air,
Mak. Aku kalo kenak air jadi basah. Mamak tega kali bikin aku basah? Orangtua
macam apa Mamak ini?!!”
Tidur Siang
Tidur siang memiliki nilai yang
berbeda waktu kita kecil dulu dibanding dengan waktu kita udah dewasa. Pas
masih kecil, tidur siang adalah iblis yang ingin merusak hari-hari bahagia
kita. Rasanya waktu terbuang begitu aja kalo digunakan cuma untuk tidur siang.
Beranjak dewasa, tidur siang adalah malaikat yang ingin selalu menenangkan
hari-hari kita. Rasanya sangat tentram kalo bisa melalui hari dengan tidur
siang.
Makanya, saat berhubungan dengan
tidur siang, anak memiliki respon yang sama dalam melawan perintah orangtua
yang berbeda.
Waktu masih kecil:
“Nak, tidur siang! Jangan
main-main terus kerjamu.”
“Aduh, tunggulah bentar, Mak.”
Waktu udah besar:
“Nak, bangun kau! Tidur aja terus
kerjamu.”
“Aduh, tunggulah bentar, Mak.”
Bermain dengan Teman
Entah apa yang salah dari teman
kita, sehingga orangtua selalu termotivasi untuk memisahkan kita dengan mereka.
Setiap teman datang, orangtua seperti melihat geng preman yang ingin merusak
anaknya. Berbagai macam alasan dikeluarkan orangtua agar kita tidak bergabung dan
ikut bermain dengan mereka.
“Beneee, main yok!” Teriak
kawan-kawan serempak di depan rumah.
“Bene-nya nggak ada. Lagi liburan
ke jalur Gaza,” jawab Mamak sok serius.
Lalu kawan-kawan itu pun pergi.
“Ish, Mamak ini pembohong.”
“Ini demi kebaikanmu, Nak. Udah, kau
tidur siang sana.”
Dan momen melawan itu pun terjadi
lagi. Saat orangtua lengah, mengendurkan pengawasannya, kita mengendap-endap
kabur dari rumah dan bergabung dengan kawan-kawan tadi.
“Bene..., mau ke mana kau?!!” teriak
Mamak waktu mendengar pintu rumah dibuka.
“Ini demi kebaikanku, Mak. Udah,
Mamak tidur siang sana.”
Nonton Tivi
Orangtua selalu berusaha
menjauhkan kita dari hal-hal yang kita senangi. Salah satu hal yang kita suka
dan sebaliknya justru dibenci orangtua adalah nonton tivi. Saat sedang asyik
menonton tivi, orangtua akan mengeluarkan berbagai cara untuk membuat kita berhenti
nonton tivi. Anak pun demikian. Kita akan mengeluarkan berbagai cara agar tetap
bisa menonton tivi.
“Nak, matikan tivi itu. Mandi
kau!”
“Bentar, Mak. Tunggu iklan.”
“Nak, matikan tivi itu. Mandi
terus makan kau!”
“Bentar, Mak. Tunggu selesai acaranya
ini.”
“Nak, matikan tivi itu. Mandi,
terus makan, terus kerjain PR-mu!”
“Bentar, Mak. Tunggu rusak
tivinya.”
Mamak melepar panci ke tivi. Tivi
mati, meledak, terus berasap.
“Nah, udah rusak. Apalagi
alasanmu?!!”
Itulah momen-momen di mana anak
paling sering melawan orangtua. Semoga tulisan ini bermanfaat. Silahkan bijak
dalam menyerap informasi. Apabila kalian melakukan sesuatu seperti yang
dijabarkan di atas, resiko dan efek samping bukan tanggung jawab penulis. Kalo
kalian punya momen lain, silahkan berbagi melalui kolom komentar di bawah.
Salam anak durhaka.
12 comments
bang, setuju aku sm tulisanmu ini.
semua pengalamannya sama kayak aku. hahahahaha
aduh ngakak ku baca pos ini bah hahaha.
Tosss!
Mauliate :)
Mamakkk
HAHAHAHAHA kehidupan ini hanya untuk kita anak2 yang tinggal disumatera aja keknya lek.. di luar sumatera mungkin beda.. (mungkin yaa)
Sama aja kayaknya. Udah kuriset :))
keren...keren good job bene....
ngeri kali ya bang lempar panci ke tivi sampai meledak hahaha. kalo aku dulu gak ada tivi, adanya layar tancap bang wkwkwk
Aku anak paling kecill dan korban kemalasan abang. Kalo mamak nyuruh pasti balek nyuruh aku.
"Mayerrr"
"apa,Mak?"
"Sini dulu bentar apakan dulu ini"
"Pigi dek liat dulu apa yg dibilang mamak itu"
"Loh kok aku?kau yg dipanggil mamak"
"Ku kasih nanti kau gopek" -_-
Mungkin cm berlaku bagi yg di Sumatra aja bang, dan yg orangtuanya dari sumatra + asli batik termasuk aku HAHAHAHAHA
beda ma waktu kecilku ..setiap di perintah pasti nurut...ibukku selalu bawa golok klo merintah hehhehehehe ,,but tulisannya massukkk bgt ,,