Friday, July 3, 2015

Aku Gak Bandal Ya Mak.

Hari itu, Sabtu malam atau malam Minggu--sama aja, aku lagi suntuk di kos. Akhirnya aku main ke tempat si Lolok--stand up comedian asal Medan yang ngeri kali itu, niatnya ngajak dia main. Sampek di sana, dia lagi tekapar, kek ikan paus mabuk habis minum tuak. 

Kuajaklah dia gerak, jalan ntah ke mana gitu. Tapi dia bilang dia lagi malas. Ujung-ujungnya, aku ikut tekapar di sampingnya. Sia-sia perjuanganku. Kandas.

Suasana hening. Dua pemuda di malam minggu terbaring lemah kebosanan. Tanpa kata. Suram. Layaknya anak muda kebanyakan, biar gak mati gaya, aku buka hape. Niatnya cari hiburan di media sosial. Pucuk di cinta, pariban tiba. Lagi bosan-bosannya, Tuhan memberi hiburan lewat instagram--boleh lho follow instagramku di bene_dion. Muncul video ini di timeline.


Video yang mengubah suasana malam itu.

Seketika suasana pecah. Aku ketawa kuat kali. Sampek berair mataku. Lolok penasaran, terus ikut nonton. Ketawanya dia bahkan lebih parah. Sumpah, video ini lucu kali. Lucu selucu-lucunya buat kami.

Dalam video itu, seorang anak kecil--kita sebut aja Ucok, mungkin umur 5-7 tahun, sedang disuruh ibunya untuk mengikuti kata-katanya.

Mamak Ucok: Aku gak bandal ya, Mak!
Ucok             : Aku gak bandal ya, Mak!
Mamak Ucok: Aku jadi anak yang baik!
Ucok             : Aku jadi anak yang baik, Mak!
Mamak Ucok: Betul?
Ucok             : Betul, Mak!
Mamak Ucok: Betul ya, Mang!

Gak ada adegan "penyiksaan" dalam video itu, tapi dari gerak-gerik Ucok yang memegangi lengannya, dan ekpresi Ucok yang menyerah tanpa perlawanan dan tanpa syarat, bisa disimpulkan kalo Ucok baru aja dihajar habis-habisan oleh mamaknya. Kuprediksi, lengan si Ucok telah dikonstruksi ulang oleh jari-jari mamaknya (baca: dicubit).

Bagi mereka yang bukan Batak, ada beberapa alasan kenapa video itu lucu:
1) Logat. Entah kenapa, logat Batak memang sangat jago memancing tawa.
2) Cara si Ucok menangis dan menyerah, lalu mengikuti kata-kata mamaknya.
3) Cara si ibu menghukum anaknya yang aneh. Apa esensinya coba menyuruh anak mengikuti kata-kata ibunya kayak gitu?
4) Kok bisa-bisanya mamaknya merekam adegan itu.

Dalam teori komedi, ada rumus tragedy + time = comedy. Kurasa, formula ini yang bikin kenapa video ini jadi super duper lucu buatku--dan mungkin bagi banyak orang Batak lainnya.

Umumnya, hukuman terlucu yang lazim dilakukan ibu pada anaknya adalah nyabein mulut. Tapi kebiasaan itu gak pernah kualami. Saat aku nakal dan kesabaran Mamak mencapai batasnya, biasanya Mamak akan mencubit perut dan lenganku berkali-kali, nonstop. Kesakitan luar biasa bikin aku berusaha berbagai cara agar penyiksaan berhenti, dari minta ampun sampai berjanji gak nakal lagi. Mamak yang ingin aku benar-benar kapok dan ga mengulangi kesalahan lagi, kemudian menyuruh aku mengikuti kata-katanya. Persis kayak yang ada di video itu.

Jelas, aku benci setengah mati kalo Mamak lagi ngamuk. Jadi, kejadian di video itu adalah tragedi yang pernah kualami. Dan seiring berjalannya waktu, tragedi itu berubah jadi komedi sekarang. Komedi yang sangat lucu.

Tawa yang besar itu gak mau kunikmati sendiri. Video itu lalu kushare di beberapa sosial media, antara lain Twitter, Instagram dan Path. Kuntujukkan juga secara langsung ke beberapa teman. Sebagian besar tertawa dan menikmatinya. Namun ada beberapa tanggapan yang merasa video itu gak lucu dan seharusnya tidak ditertawakan. Merasa cara si ibu mendidik anak benar-benar salah. Aku bisa memahami pendapat itu, apalagi belakangan sedang gencar pemberitaan tentang Engeline, bocah manis yang malang itu.

Menurutku, menertawai adegan di video itu dan setuju dengan cara si ibu adalah dua hal yang berbeda. Seperti yang kubilang, aku betul-betul benci saat Mamak marah dan menghajarku. Artinya, aku pun gak suka kekerasan pada anak.

Cuma, aku berusaha memahami. Setiap budaya menawarkan cara yang berbeda. Dalam budaya Batak, kontak fisik menjadi salah satu cara yang lazim dilakukan untuk mendidik anak. Aku gak bisa bilang apakah cara ini salah, tapi yang jelas cara ini manjur. Biasanya, apabila si anak melewati batas yang ditetapkan orangtuanya, si anak akan mendapatkan "pelajaran". Tentu, orangtua juga punya batas dalam melakukan kontak fisik.

Pun aku gak setuju apabila ada orangtua yang melakukan kekerasan secara berlebihan dan orang di sekitarnya diam. Demikian pula aku gak setuju apabila orang di sekitar peduli secara berlebihan. Misalnya anak cuma dicubit karena pulang maghrib, lalu si orangtua ditegur. Semua harus sesuai kadarnya. Tentu kita harus peduli dengan kekerasan pada anak yang terjadi di sekitar, tapi kita pun harus paham, bahwa kasih sayang bisa ditunjukkan lewat beberapa cara, termasuk sedikit kontak fisik.

Semakin ke sini, keliatannya sih budaya Batak sudah jauh mengurangi kekerasan pada anak. Lambat laun, semoga kontak fisik pada anak benar-benar hilang. Tapi untuk saat ini, sepertinya memang masih diperlukan, mengingat kata-kata aja sangat sulit bikin anak-anak Batak mengerti.

Aku menertawai video itu karena ada sebuah pengalaman tragedi yang berubah menjadi komedi. Menertawai video itu bukan berarti setuju dengan caranya. Kalo nanti aku jadi orangtua, aku akan berusaha menjauhi cara kekerasan dalam mendidik anak, karena aku merasakan betapa menyebalkannya disakiti oleh orang yang kita sayangi.


Ngomong-ngomong, besoknya, Minggu siang, aku menelepon Mamak dan memutar video itu dalam obrolan kami. Seusai video itu kuputar, Mamak ketawa dan menjawab, "Untung Mamak dulu ga gitu, ya!"

GAK KAYAK GITU DARI HONGKONG!!!

9 comments

Endingnya bang :)))

Salam buat mamak mu ya bang;p

Siap. Terima kasih sudah berkunjung :)

Salam akan disampaikan. Makasih sudah mampir :)

setuju aku sama argumen mu bang, mantap kali cara nerangkan nya, tapi ending nya itu bang, hahahahah salam sama nantulang ya bang

setuju aku sama argumen mu bang, mantap kali cara nerangkan nya, tapi ending nya itu bang, hahahahah salam sama nantulang ya bang

sedap...
salamlah buat namboru y bang

Kalo aku dulu endingnya gini:
mamak: JANJI APA?
Aku: aku janji ga ngulangin lagi
Mamak: GA NGULANGIN LAGI MONYET, BILANG
Aku: ga ngulangin lagi mak.
memang jadi orang batak dari kecil sudah merasakan hidup yang "keras" hahahaha