Thursday, June 19, 2014

Bikin Buku

Jadi hari itu, 26 Desember 2013, mamakku ulang tahun ke-50. Udah tua ya. Kasihan! Gak kayak aku, masih muda. Mamak pasti iri samaku.

Layaknya anak gaul sosial media lainnya, seharian aku ngetwit banyak soal mamak. Mulai dari ucapan selamat ulang tahun (yang entah kenapa banyak orang lakukan padahal si orang tua ga bersosial media), hingga membahas segala macam keburukan-keburukan mamak. Ngomongin jelek-jeleknya mamak memang sering aku lakukan, terutama dalam bit-bit komedi (bahan lawakan).

Banyak tanggapan para teman dan followers yang masuk. Ada yang ngetwit ucapan selamat, kirim salam ke mamak, bahkan ada yang mendoakan aku dikutuk jadi batu karena ngatain mamak sendiri. Sialnya, yang terakhir ini malah yang lebih banyak.

Namun dari sekian banyak tanggapan, ada seseorang yang mengemukakan sebuah ide. Kurang lebih begini:

Bang, mamakmu seru juga ya. Bikin buku aja, Bang, bahas mamakmu!

Wah, gagasan menarik nih, pikirku. Aku memang sempat terjun ke dunia penulisan sejak SMP hingga SMA. Beberapa cerpen dan puisi buatanku malah pernah nongkrong di Sinar Indonesia Baru dan Analisa, koran beken di Sumatera Utara. Dan tentunya, menulis sebuah buku pernah menjadi cita-cita yang ingin kuraih. Cita-cita ini kemudian tenggelam saat aku melanjutkan pendidikan bangku kuliah. Alit (@shitlicious), temanku yang seorang penulis legenda di kalangan pemuda-pemudi Indonesia, juga pernah mengobarkan semangatku untuk menulis sebelumnya, namun karena fokusku pada skripsi saat itu, belum sepenuhnya membuatku termotivasi.

Entah kenapa, saat membaca mention itu, semangatku membuncah, jantungku berdegup kencang, air liurku berceceran. Aku sangat ingin mewujudkan ide itu. Tapi orang-orang tertarik ga ya kalau aku bikin buku? Ah, sekalian saja kutanyakan respon teman-teman di twitter ini, pikirku. Akhirnya mention tadi kuritwit dengan memberikan tambahan “Ada yang setuju, ga?”

Tak disangka, banyak kawan-kawan yang mendukung. Respon hampir semuanya positif dan mengapresiasi niat baik itu.

“Wah, bakal keren tuh, Bang. Dukung!”

“Udah, Bang. Jangan banyak cincong, TULIS!!”

“Bang, kalau mau beli bukumu di mana ya?”

Belum ditulis, SETAN!!

Melihat respon mereka, akhirnya aku membulatkan tekad untuk mencapai mimpi masa muda itu. Hari itu juga aku menyisihkan waktu untuk berpikir dan mengonsep buku yang akan kutulis. Sekalian juga membuat outline per bab-nya.

Setelah rampung mengurusi skripsi dan lulus sidang di awal Januari 2014, tanpa liburan panjang yang berarti, langsung aja gagasan menulis buku itu kukerjakan. Setiap hari kuusahakan menyisihkan waktu untuk membuat naskah. Karena kosanku yang sangat berisik di jam-jam manusia normal hidup, akhirnya aku berjuang menulis saat semua orang terlelap, di pagi dini hari.

Bagiku yang tidak terbiasa rutin menulis, kegiatan ini sangat berat pada awalnya. Terutama mengalahkan rasa malas dan rasa menunda. Itu musuh paling biadab. Tapi membayangkan betapa bahagianya nanti saat buku ini terbit, aku kembali semangat. Hampir setiap tengah malam aku start merangkai kata yang akhirnya merusak jam tidurku hingga saat ini.

Setelah satu setengah bulan yang berdarah-darah, naskah buku rampung di penghujung Februari 2014. Ada tiga belas bab, delapan puluh halaman yang semuanya membahas keunikan dan betapa spesialnya mamak bagiku, ditulis dengan gaya komedi. Naskah itu kukasih judul: Mamak Lawak-Lawak.

Naskah itu lalu kukirim ke Bukune, sebuah penerbit yang menurutku sesuai dengan genre dan segmen pasar buku yang kutulis.

Tinggal menunggu jawaban.

Seminggu berlalu. Udara berhembus, oksigen terhirup, karbondioksida keluar dari paru-paru. Belum ada kabar.

Sebulan berlalu. Notifikasi hape masih seputar sms operator atau invitation Pokopang.

Dua bulan berlalu. Debu-debu berterbangan, ombak menabrak karang, pemberitahuan tak kunjung datang.

Menuju tiga bulan, sebuah angin segar tiba. Editor Bukune menelepon, menyampaikan kabar sukacita sekaligus dukacita.

“Kami tertarik menerbitkan bukumu, Ben. Tapi...?!!”

“TAPI APA, BANG? APA?”

“Tapi?”

"TAPI APA?!!”

“Tapi.., kamu kok selingkuh...”

“Kau Andika Kangen Band yaa?!!”

Intinya, Bukune siap menerbitkan bukuku, namun konsep harus dirombak. Konsep yang lama, yang seratus persen hanya membahas mamak, menjadi membosankan katanya. Aku yang menulis sih juga merasakan hal yang sama. Terasa berat dan jenuh di pertengahan jalan pembuatan naskah. Jadi, konsep buku yang mereka inginkan harus merombak dan memperbaiki naskah yang lama.

Aku yang meyakini kapabilitas dan pengalaman mereka dalam dunia kepenulisan, percaya dan sepaham. Akhirnya kami sepakat untuk membuat konsep yang baru. Hanya sekitar 30% dari naskah lama yang akan digunakan. Dengan demikian, aku harus berjuang (lagi) untuk 70% sisa naskahnya.

Aku dan editor Bukune sudah deal, 70% kekurangan naskah baru ini akan aku genapi dalam satu bulan. Dulu, saat membuat naskah awal, tanpa kepastian akan terbit saja aku bisa. Kenapa untuk memperbaiki naskah yang sudah pasti terbit aku ga bisa? Begitu, pemikiranku.

Pokoknya, nantikan karya yang aku cita-citakan sejak lama ini. Aku akan berusaha memberikan yang terbaik.

Buat yang sudah mendukung dan memberi semangat, dari hati yang paling dalam kuucapkan: terima kasih sebanyak-banyaknya. Tanpa kalian, belum tentu hal ini kuperjuangkan.


Buat yang selalu bertanya bagaimana progres dan kapan bukuku terbit: SABAR NAPE, TONG!! Hehehe...

8 comments

Ciyee pans dapit :D

lama tidak berkunjung kemari, bagaimana kabarnya teman, sehat kan ?

lama tidak berkunjung kemari, bagaimana kabarnya teman, sehat kan ?

berkunjung kemari, salam perkenalan

Jadi kapan nih aku bisa dapetin bukunya? *kabur dari lemparan kulit manggis

Ditunggu Bang. Jangan lupa kasih satu ke Mamakmu. Haha.